Fonologi (Bunyi)




BUNYI-UJARAN
Unsur paling kecil dalam suatu bahasa disebut bunyi-ujaran. Setiap bunyi-ujaran memiliki fungsi untuk membedakan arti. Jika sudah dapat membedakan arti, bunyi-ujaran tersebut disebut fonem.

FONOLOGI
Ilmu tata bahasa yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa disebut fonologi. Pada umumnya, fonologi dibagi menjadi sebagai berikut:
Fonetik         : Ilmu yang menyelidiki dan menganalisis bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan alat ucap manusia.
Fonemik       : ilmu yang mempelajari bunyi-ujaran dalam fungsinya sebagai pembeda arti

FONEM
Fonem berasal dari bahasa Yunani, yaitu phone yang berarti ‘bunyi’  dan –ema yang berarti ‘suatu akhiran’. Jadi, kata fonem berarti ‘mengandung arti’. Fonem adalah kesatuan terkecil yang terjadi dari bunyi-ujaran, yang dapat membedakan arti. Dalam ilmu bahasa, fonem ditulis di antara dua garis miring: //.
Peranan fonem dalam hal membedakan arti dapat dilihat melalui deret kata. Misalnya, pada deret kata, seperti: lari, dari, tari, mari. Dalam deret kata tersebut terlihat, jika ada satu unsur yang diganti dengan unsur lainnya, akan terjadi perubahan bunyi serta arti pada kata tersebut. Contohnya, fonem /l/ pada kata lari diganti dengan fonem /d/ menjadi dari maka bunyi dan arti kata tersebut berubah.

VOKAL
Bunyi-ujaran yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru tidak mendapatkan halangan disebut vokal. Ada 3 faktor penentu kualitas pembentukan vokal, yaitu tinggi-rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan, dan bentuk bibir. Dalam bahasa Indonesia, ada fonem vokal, yaitu /i/, /e/, /Ə/, /u/, dan /o/.
Dalam tata bahasa tradisional ada istilah diftong. Diftong memiliki pengertian dua vokal berurutan yang diucapkan dalam satu kesatuan waktu, atau disebut juga sebagai gabungan bunyi dalam satu suku kata. Dalam diftong yang digabungkan berupa vokal dengan fonem /w/ atau /y/.
Fonem /aw/ pada kata kalau (/kalaw/) dan bangau (/bangaw/) merupakan contoh diftong. Namun, fonem /au/ pada kata mau (/mau/) dan bau (/bau/) bukanlah diftong sebab fonem /aw/ pada kata kalau dan bangau termasuk dalam satu suku kata, yaitu /ka-law/ dan /ba-ngaw/. Sementara itu, fonem-fonem /a/ - /u/ pada kata mau dan bau termasuk dalam dua suku kata yang berbeda, yakni /ma-u/ dan /ba-u/. dalam linguistic modern, pengertian diftong tidaak digunakan lagi kaarena tidak sesuai dengan hakikat bunyi-bunyi tersebut.

KONSONAN
Bunyi-ujaran yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru mendapatkan halangan disebut konsonan. Ada 3 faktor penentu pembentukan konsonan, yaitu keadaan pita suara, daerah artikulasi, dan cara artikulasi. Dalam bahasa Indonesia, ada 22 fonem konsonan, yaitu /b/, /p/, /d/, /t/, /g/, /k/, /f/, /z/, /s/, /sy/, /kh/, /h/, /j/, /c/, /m/, /n/, /ny/, /ng/, /r/, /l/, /w/, dan /y/.
1.    Gugus Konsonan
Dua konsonan atau lebih yang letaknya berurutan pada sebuah suku kata disebut gugus konsonan. Contoh: gugus konsonan sp, pr, kl, st,  dan str  pada kata spidol (spi-dol), pribadi (pri-ba-di), klasik (kla-sik), stasiun (sta-si-un), dan struktur (struk-tur).
Jika termasuk dalam dua suku kata atau lebih, gabungan konsonan tersebut tidak dinamakan gugus konsonan. Contohnya, fonem /kl/ pada kata klinik merupakan gugus konsonan, sedangkan fonem /kl/ pada kata maklum bukan merupakan gugus konsonan. Penyebabnya ialah fonem /kl/ pada kata klinik termasuk dalam satu suku kata, yaitu /kli-nik/. Sedangkan fonem /k/ -/l/ pada kata maklum termasuk dalam dua gugus konsonan, yaitu/mak-lum/.
Kosakata dalam bahasa Indonesia tidak mengenal adanya gugus konsonan /mp/ dan /rc/. Fonem /m/ dan /p/ serta /r/ dan /c/ dalam kosakata bahasa Indonesia selalu termasuk dalam suku kata yang berbeda. Contoh: sampai (/sam-pai/), tempat (/tem-pat/), arca (/ar-ca/), percaya (/per-ca-ya/), dan sebagainya.
2.    Deret Konsonan
Dua konsonan yang letaknya berdampingan, tetapi berada pada suku kata yang berlainan disebut deret kononan. Contoh: deret konsonan r-b pada kata korban (kor-ban), serbu (ser-bu), terbang (ter-bang), dan kerbau (ker-bau).

ARTIKULATOR
Alat ucap yang bergerak untuk membentuk bunyi bahasa disebut artikulator, yang meliputi bibir bawah, gigi bawah, dan lidah.

DAERAH ARTIKULASI
Daerah yang disentuh atau didekati oleh artikulator disebut daerah artikulasi, yang meliputi bibir atas, gigi atas, langit-langit keras, langit-langit lunak, dan anak tekak.

INTONASI
Keseluruhan gejala yang berupa perpaduan dari tekanan, nada, tekanan waktu, dan perhentian-perhentian yang menyertai suatu tutur dari awal hingga perhentiaan terakhir disebut intonasi. Ada macam-macam intonasi, yaitu intonasi berita, intonasi pertanyaan, intonasi harapan, intonasi perintah, dan sebagainya. Setiap macam intonasi kalimat itu berbeda karena perpaduan antara semua ciri membentuk suatu struktur yang berbeda.

SUKU KATA
Bagian kata yang diucapkan dalam satu embusan nafas dan umumnya terdiri atas beberapa fonem disebut suku kata. Kata matang diucapkan dengan dua embusan napas. Satu embusan untuk ma- dan satunya lagi untuk –tang. Oleh karena itu, kata matang terdiri atas dua suku kata.
Suku kata dalam bahasa Indonesia selalu memiliki vokal yang menjadi inti suku kata. Inti tersebut dapat didahului dan diikuti oleh satu konsonan atau lebih. Dalam beberapa kasus, satu suku kata dapat tersiri atas satu vokal atau satu vokal dengan satu konsonan.
Contoh:
Jalan                 = ja-lan
Perjalanan       = per-ja-lan-an
Dia                    = di-a
Ø  Struktur Suku Kata
Kata dalam bahasa Indonesia dibentuk dari gabungan bermacam-macam suku kata. Dalam bahasa Indonesia, struktur suku kata yang membentuk kosakata terdiri atas sebelas macam, yaitu:
1.     V (satu vokal): a-bai, su-a-tu, go-a
2.    VK (satu vokal dan satu konsonan): an-ti, ber-in-ves-tas-si, ba-ik
3.    KV (satu kononan dan satu vokal): be-sar, me-no-leh, ra-ga
4.    KVK (satu konsonan, satu vokal, dan satu konsonan): man-di, di-ter-jang, pe-ran
5.    KVKK (satu konsonan, satu vokal, dan dua konsonan): teks-til, kon-teks-tu-al, mo-dern
6.    KVKKK (satu konsonan, satu vokal, dan tiga konsonan): korps
7.    KKV (dua konsonan dan satu vokal):slo-gan, pra-sas-ti
8.    KKVK (dua konsonan, satu vokal, dan satu konsonan): trak-tor, kon-trak
9.    KKKV (tiga konsonan dan satu vokal): stra-te-gi, stra-ta
10. KKKVK (tiga konsonan, satu vokal, dan satu konsonan): struk-tur, in-struk-si
11. KKVKK (dua konsonan, satu vokal dan dua konsonan): trans-mig-ra-si, kom-pleks.


Daftar Pustaka:
Prihantini, Ainia. 2015. Master Bahasa Indonesia. Pritameani: Yogyakarta

Komentar