Bahasa Baku dan Bahasa Tidak Baku



 
Bahasa Baku adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi formal atau resmi. Bahasa baku biasanya menggunakan kaidah secara konsisten. Bahasa tidak baku adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi informal atau tidak resmi. Dalam bahasa tidak baku, kaidah sering kali dilanggar.
Salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok dan dasar ukuran atay dijadikan standar disebut bahasa baku. Ciri-ciri bahasa baku ditandai oleh 5 hal berikut:

1.  Penggunaan Kaidah Tata Bahasa
Maksudnya ialah penggunaan kata-kata dalam bahasa Indonesia harus sesuai dengan aturan tata bahasa. Ciri-ciri bahasa baku dalam penggunaan kaidah tata bahasa baku meliputi hal-hal berikut.
a.         Pemakaian awalan me- dan awalan ber- secara ekslisit dan konsisten.
Contoh
Bahasa Tidak Baku
Bahasa Baku
Rina injak kotoran ayam
Rina menginjak kotoran ayam
Kereta jalan terlalu pelan
Kereta berjalan terlalu pelan

b.   Pemakaian kata penghubung bahwa dan karena dalam kalimat majemuk secara eksplisit dan konsisten.
Contoh
Bahasa Tidak Baku
Bahasa Baku
Kasno tahu anaknya menjadi juara kelas
Kasno tahu bahwa anaknya menjadi juara kelas
Gugun jatuh, dahan yang ia naiki patah
Gugun jatuh karena dahan yang ia naiki patah

c.         Pemakaian pola frasa untuk predikat: aspek + pelaku + kata kerja secara konsisten. Contoh
Bahasa Tidak Baku
Bahasa Baku
Mantel rajutan saya sudah bawa
Mantel rajutan sudah saya bawa
Jalur selanjutnya Anda akan melewati jembatan gantung
Jalur selanjutnya akan Anda lewati jembatan gantung

d.        Pemakaian konstruksi sintetis.
Contoh
Bahasa Tidak Baku
Bahasa Baku
Dia punya kambing
Kambingnya  
Bikin kecil
Mengecilkan
Kasih tahu
Memberitahukan

e.    Menghindari pemakaian unsur gramatikal dialek regional atau unsur gramatikal daerah. Contoh
Bahasa Tidak Baku
Bahasa Baku
Djaduk Ferianto ngarang lagu baru
Djaduk Ferianto mengarang lagu baru
Nenek saya rumahnya rusak
Rumah nenek saya rusak

2. Penggunaan Kata-kata Baku
Maksudnya ialah kata-kata yang digunakan berupa kata-kata umum yang sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kata-kata yang bersifat kedaerahan sebaiknya tidak digunakan, kecuali ada pertimbangan khusus. Misalnya, penyambutan istilah lokal untuk tujuan penggambaran kearifan lokal. Pada pemakaian kata yang bersifat kedaerahan tersebut perlu ditambahkan keterangan.
Contoh penggunaan kata baku sesuai dengan KBBI:
Bahasa Tidak Baku
Bahasa Baku
Indah banget
Sangat indah
Duit
Uang
Contoh penggunaan istilah lokal sebagai berikut:
a.      Bagi masyarakat di Teluk Bintuni, Papua, tumbuhan bakau berguna sebagai media yang dapat menghasilkan tombelo (ulat kayu) dan karaka (udang).
b.  Upacara Manyanggar Lewu (membersihkan kampung) bisa dilakukan oleh masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah.

3. Penggunaan Ejaan Resmi dalam Ragam Tulis
Maksudnya ialah kata-kata yang digunakan sesuai dengan Ejaan yang Disempurnakan (EYD). EYD mengatur mulai dari penggunaan huruf, penulisan kata (dasar, berimbuhan, gabungan, ulang, dan serapan), hingga penggunaan tanda baca. Contoh:
Bahasa Tidak Baku
Bahasa Baku
Berulang2
Berulang-ulang
Makan dirumah
Makan di rumah
Melipat gandakan
Melipatgandakan

4. Penggunaan Lafal Baku dalam Ragam Lisan
Maksudnya ialah pelafalan kata bebas dari ciri-ciri lafal dialek daerah. Contoh:
Bahasa Tidak Baku
Bahasa Baku
[kalo’]
[kalau]
[abis]
[habis]

5. Penggunaan Kalimat secara Efektif
Maksudnya ialah kalimat-kalimat yang digunakan dapat dengan tepat menyampaikan pesan pembicaraan atau penulis kepada pendengar atau pembaca, seperti yang dimaksudkan oleh pembicara atau penulis. Keefektifan tersebut dapat dicapai melalui hal-hal berikut:
a.         Susunan kalimat menurut aturan tata bahasa yang benar. Contoh:
Bahasa Tidak Baku
Bahasa Baku
Hakim menghukum Teguh dengan hukuman penjara dua tahun dan temannya
Hakim menghukum Teguh dan kelompoknya dengan hukuman penjara dua tahun
b.         Adanya kesatuan pikiran dan hubungan yang logis di dalam kalimat. Contoh:
Bahasa Tidak Baku
Bahasa Baku
Pertunjukan belum mulai padahal malam ini tidak hujan
Pertunjukan belum dimulai padahal sudah pukul 19.00 WIB.
c.         Penggunaan kata secara tepat dan efisien. Contoh:
Bahasa Tidak Baku
Bahasa Baku
Pengunjung objek wisata pantai di Yogyakarta tahun ini naik
Pengunjung objek wisata pantai di Yogyakarta tahun ini bertambah
d.        Penggunaan variasi kalimat atau pemberian tekanan pada unsur kalimat yang ingin ditonjolkan. Contoh:
Kalimat Biasa
Kalimat Bertekanan
Dia makan dengan tergesa-gesa
Makanlah dia dengan tergesa-gesa

Daftar Pustaka:
Prihantini, Ainia. 2015. Master Bahasa Indonesia. Pritameani: Yogyakarta

Komentar